Pilih Kategori

News
Tokoh Muslimah
Journey to Islam
Hikmah
Nabi & Rasul
Birrul Walidain
Muslim Digest
Art & Culture
Doa
Marriage
Parenting
Event
Komunitas
Fashion
Food
Health & Beauty
Travel
Film
Selebriti
Books

Cahaya Hidayah Nuray Istiqbal : Dari Kelamnya Industri Film Dewasa Menuju Kedamaian Islam

Cahaya Hidayah Nuray Istiqbal : Dari Kelamnya Industri Film Dewasa Menuju Kedamaian Islam

Potret ilustrasi Nuray Istiqbal ( dok.Muslimahdaily )

Muslimahdaily - Pintu hidayah Allah senantiasa terbuka bagi siapa saja, seringkali datang melalui jalan dan perantara yang tak pernah terlintas dalam benak kita. Kisah perjalanan spiritual Nuray Istiqbal, seorang wanita yang sebelumnya menapaki jalan hidup yang jauh dari nilai-nilai agama, termasuk keterlibatannya dalam industri dewasa, adalah sebuah narasi yang menggetarkan jiwa. Ini adalah cerita tentang kekuatan transformasi, pencarian akan makna sejati, dan keteguhan iman yang mampu menginspirasi siapapun yang mendengarnya.

Dalam sebuah wawancara yang tulus dan menyentuh hati yang ditayangkan dalam channel youtube @RaeLilBlackOfficial, Nur dengan terbuka berbagi lembaran-lembaran penting kehidupannya. Ia menceritakan bagaimana secercah rasa ingin tahu akan keindahan Islam, yang awalnya sederhana, membawanya pada penemuan cahaya iman sebuah keyakinan yang kini ia genggam erat meski harus menghadapi berbagai rintangan dan ujian.

Titik Awal: Kehangatan Persahabatan dan Pencarian Ilmu

Perkenalan Nur dengan ajaran Islam bermula dari kehangatan interaksi dan persahabatan yang tulus dengan teman-temannya yang Muslim di Malaysia. Sebuah keinginan murni untuk memahami keyakinan mereka lebih dalam, demi menjalin ikatan persahabatan yang lebih erat, menjadi pendorong utama baginya untuk mulai membuka diri dan mempelajari Islam. Selama enam bulan, Nur dengan tekun dan kesungguhan menenggelamkan dirinya dalam pencarian ilmu. Berbagai buku referensi, luasnya informasi yang tersedia di internet, hingga beragam konten edukatif di YouTube menjadi sahabat setianya dalam perjalanan awal yang penuh penemuan ini.

Sebuah momen penting kemudian hadir ketika hati Nur tergerak untuk mempelajari shalat. Niatnya saat itu begitu mulia: untuk memberikan dukungan spiritual kepada seorang temannya yang tengah dirundung duka dan kesulitan. Dengan kesungguhan yang sama, ia mempelajari gerakan dan bacaan shalat melalui panduan video online. Puncak dari pencarian penuh makna ini adalah keputusannya yang mantap dan bulat untuk mengucap dua kalimat syahadat di Thailand, sebuah langkah yang menandai dimulainya babak baru dalam kehidupannya sebagai seorang Muslimah.

Menapaki Jalan Baru dan Ujian Keimanan

Memeluk Islam membawa Nur pada berbagai dinamika dan tantangan baru. Salah satu aspek yang paling signifikan adalah bagaimana ia berusaha berdamai dan merekonsiliasi masa lalunya, terutama keterlibatannya di industri dewasa, dengan identitas barunya sebagai seorang Muslimah yang taat. Nur dengan jujur dan tanpa tedeng aling-aling mengakui bahwa profesi tersebut adalah sebuah perbuatan yang tergolong dosa besar dalam pandangan ajaran Islam.

Namun, penting untuk dicatat bahwa beberapa tahun sebelum ia memutuskan untuk berhijrah secara total, Nur sudah secara drastis mengurangi aktivitasnya di industri tersebut, hanya terlibat dalam beberapa produksi terbatas per tahun. Lebih krusial lagi, saat ia memeluk Islam, Nur telah memiliki sumber pendapatan alternatif yang halal dan tidak lagi bergantung secara finansial pada industri itu. Faktor-faktor inilah yang tampaknya turut mempermudah proses transisi dan hijrahnya.

Dukungan moral datang dari lingkaran pertemanan Nur yang suportif, meskipun tidak besar jumlahnya. Mereka, yang telah menjadi saksi bisu perjuangannya melawan depresi di masa lalu, justru merasa bahagia dan terharu melihat Nur menemukan sebuah keyakinan baru yang membawa perbaikan signifikan dalam kualitas hidupnya, dan tidak terlalu mempermasalahkan keputusannya untuk menjadi seorang Muslimah. Mengenai keluarganya, Nur menyebutkan bahwa orang tuanya adalah penganut ajaran Buddha, sebuah keyakinan yang juga pernah ia dalami sebelumnya. Sayangnya, tidak ada detail spesifik yang ia bagikan mengenai reaksi langsung orang tuanya terhadap keputusannya yang besar ini.

Jalan baru yang ia tapaki ini, tentu saja, tidak selamanya mulus dan bertabur bunga. Ujian datang silih berganti, menguji keteguhan imannya. Nur secara terbuka mengakui bahwa ia menghadapi banyak komentar negatif dan kritik tajam yang dilontarkan secara daring oleh orang-orang yang tidak memahami perjalanannya. Ia menyadari adanya sebuah ironi pahit: meskipun ajaran Islam dengan tegas melarang praktik ghibah (menggunjing) dan membicarakan keburukan orang lain, masih banyak yang melakukannya terhadap dirinya. Dengan kelapangan dada dan keimanan yang mulai mengakar kuat, Nur memandang semua ini sebagai ujian dari Allah Subhanahu wa ta'ala, sebuah kesempatan berharga untuk melatih kesabaran, membersihkan dosa, dan meraih pahala yang lebih besar, terutama mengingat latar belakang masa lalunya.

Memperdalam Iman: Al-Quran, Ramadan, dan Perjalanan Spiritual yang Menguatkan

Kecintaan Nur pada Islam tercermin jelas dari semangatnya yang tak pernah padam untuk terus belajar dan memperdalam pemahaman agamanya. Ia merasakan pengalaman Ramadan pertamanya dengan penuh rasa syukur dan menemukan ketenangan batin serta jawaban atas banyak pertanyaan hidup setelah membaca terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jepang bahasa yang ia kuasai bahkan hingga dua kali khatam.

Meskipun ia mengakui belajar dari berbagai sumber umum seperti buku dan internet, Nur tidak menyebutkan secara spesifik judul buku, nama ulama, atau kanal YouTube tertentu yang menjadi rujukan utamanya. Namun, ia memiliki tekad yang membara untuk bisa membaca Al-Quran dalam bahasa Arab aslinya dan berencana untuk mengambil kelas khusus, menyadari betapa krusialnya bimbingan seorang guru dalam mempelajari kitab suci.

Untuk lebih memperkaya pemahaman dan pengalaman keislamannya, Nur melakukan beberapa perjalanan spiritual ke negara-negara Muslim. Di Malaysia, khususnya Pinang, ia kembali berinteraksi dengan komunitas Muslim lokal, sebuah lingkungan yang pertama kali memicu ketertarikannya pada Islam.

Kemudian, dengan keberanian yang didorong oleh iman, ia memberanikan diri untuk berkunjung seorang diri ke Lahore, Pakistan. Keinginannya sederhana: untuk menyaksikan secara langsung keindahan arsitektur masjid-masjid bersejarah yang memukau dan merasakan atmosfer budaya Muslim yang otentik, yang berbeda dari hiruk pikuk modernitas di tempat seperti Dubai yang ia rasa terlalu ramai untuk pencarian spiritualnya.

Proses pengajuan visa ke Pakistan yang berjalan dengan sangat cepat dan mudah ia rasakan sebagai sebuah pertanda baik dan kemudahan dari Allah. Di Lahore, ia disambut dengan keramahan luar biasa dari penduduk lokal dan mendapatkan pengalaman spiritual yang sangat berkesan, mendalam, dan menguatkan jiwanya.

Inspirasi dari Sebuah Perubahan: Cahaya Hidayah Menyapa Jiwa

Kisah perjalanan hijrah Nur adalah bukti nyata bahwa pintu hidayah Allah Subhanahu wa ta'ala senantiasa terbuka lebar bagi siapa saja yang dengan tulus dan sungguh-sungguh mencari-Nya, tanpa memandang latar belakang atau masa lalu kelam sekalipun. Perjalanannya yang penuh warna, dari gemerlap dunia yang mungkin jauh dari nilai-nilai luhur agama hingga akhirnya menemukan kedamaian sejati dalam pelukan Islam, menawarkan inspirasi yang luar biasa tentang dahsyatnya kekuatan perubahan, keberanian untuk meninggalkan masa lalu, dan semangat untuk terus belajar serta bertumbuh dalam iman.

Nur telah menunjukkan kepada kita semua bahwa setiap individu memiliki potensi untuk menulis ulang narasi hidupnya, melangkah dengan tegar dari kegelapan menuju cahaya yang lebih baik, lebih bermakna, dan pada akhirnya, diridhai oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Semoga kisahnya menjadi pengingat abadi bagi kita akan luasnya rahmat, kasih sayang, dan ampunan Allah bagi hamba-hamba-Nya yang mau kembali.

Icon Rangkuman