Muslimahdaily - Di panggung dakwah internasional, sedikit nama yang mampu memicu reaksi sehebat Dr. Zakir Naik. Bagi jutaan pengikutnya, ia adalah singa podium yang mencerahkan. Bagi para pengkritiknya, ia adalah figur kontroversial yang pandangannya kerap mengundang perdebatan sengit. Dalam sebuah wawancara mendalam dalam podcast bersama Dr. Richard Lee baru-baru ini, Dr. Zakir Naik menyingkap tirai kehidupannya yang jarang tersentuh publik sebuah potret tentang disiplin baja, transisi hidup yang dramatis, dan visi global yang tanpa kompromi.
Dari Stetoskop ke Mikrofon Dakwah
Jauh sebelum dikenal sebagai pendakwah global, Zakir Naik adalah seorang dokter medis profesional. Namun, sebuah perjumpaan pemikiran pada tahun 1987 dengan dakwah Sheikh Ahmed Deedat, tokoh perbandingan agama legendaris, mengubah total arah hidupnya. Ia sampai pada sebuah kesimpulan radikal yang menjadi titik baliknya.
"Mengobati jiwa secara spiritual lebih unggul daripada mengobati tubuh secara medis," ungkapnya, menjelaskan alasan di balik keputusannya yang mengejutkan. Pada tahun 1991, ia menanggalkan stetoskopnya untuk selamanya, menutup praktik kedokterannya, dan mendirikan yayasan dakwah yang kini menjadi pusat dari seluruh aktivitasnya.
Tidur 3 Jam dan Hidup di Bawah Rp8,2 Juta Sebulan
Kehidupan pribadi Dr. Zakir Naik berjalan dalam sebuah ritme yang nyaris mustahil bagi kebanyakan orang. Ia mengaku hanya tidur 3 hingga 3,5 jam setiap malam sebuah kebiasaan ekstrem yang bahkan ia sendiri, dengan latar belakang medisnya, tidak sarankan untuk ditiru sembarangan. Sisa harinya terbagi presisi: 5 hingga 5,5 jam untuk ibadah personal (termasuk salat Tahajjud di keheningan malam) dan sekitar 12 jam penuh untuk berbagai aktivitas dakwah.
Paradoks lain muncul dari gaya hidupnya. Meskipun mengakui memiliki bisnis yang menghasilkan jutaan dolar, ia mengklaim menjalani hidup yang sangat sederhana. Pengeluaran pribadi untuk dirinya dan sang istri di Malaysia, tempatnya kini bermukim, disebutnya hanya sekitar $500 (sekitar Rp8,2 juta) per bulan. "Lebih dari 51% keuntungan bisnis saya disumbangkan untuk amal," tegasnya, menekankan bahwa baginya, komitmen persentase untuk berdonasi jauh lebih penting daripada sekadar jumlah nominalnya.
Dakwah Digital yang Berputar 24/7
Di era konektivitas tanpa batas, Dr. Zakir Naik telah membangun sebuah "mesin dakwah" digital yang masif dan berputar tanpa henti. Dengan 24,8 juta pengikut di Facebook, lebih dari 4 juta pelanggan di YouTube, dan jangkauan siaran Peace TV yang ia klaim mencapai ratusan juta pemirsa di seluruh dunia, pesannya terus bergema 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Tak berhenti di dunia maya, ia berencana melakukan perjalanan dakwah ke sekitar 15 negara pada tahun ini, termasuk sebuahÂ
Tuduhan Ekstremis
Menghadapi label "ekstremis" yang kerap dilekatkan padanya, terutama oleh pemerintah India yang menjadikannya buronan, Dr. Naik menanggapinya dengan sebuah definisi ulang yang tajam. "Jika menjadi ekstremis berarti menjadi sangat baik, penuh kasih, jujur, dan dermawan sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah, maka saya adalah seorang ekstremis," ujarnya. Ia berargumen bahwa pelabelan negatif tersebut adalah respons atas keberhasilannya menarik simpati kalangan non-Muslim dan meningkatnya jumlah orang yang memeluk Islam melalui dakwahnya.
Di tengah statusnya sebagai eksil, ia tanpa ragu menobatkan Malaysia sebagai "negara terbaik bagi seorang Muslim untuk ditinggali saat ini." Alasannya meliputi jaminan Islam sebagai agama federal, independensi negara dari kontrol kekuatan asing, stabilitas ekonomi, serta kebebasan yang dirasakan umat Islam untuk menjalankan keyakinan mereka secara terbuka.
Secara khusus, Dr. Zakir Naik menaruh perhatian pada Indonesia. Ia memuji semangat keislaman yang ia lihat begitu kuat di antara populasi Muslim terbesar di dunia ini. Ia pun memberikan saran agar umat Islam di Indonesia dapat bersatu lebih erat dalam sebuah organisasi yang solid demi mencapai tujuan bersama yang lebih besar.
Saat percakapan beralih ke visinya tentang perdamaian dunia, jawabannya lugas dan tanpa ambiguitas, sekaligus menjadi salah satu pandangannya yang paling kontroversial. "Jika semua orang di dunia adalah Muslim yang taat, perdamaian akan tercapai," katanya. Ia meyakini bahwa pada akhirnya, ajaran Islam akan menjadi pedoman utama dunia, dan akan tiba masa di mana dunia diperintah oleh Syariah Islam, yang menurutnya akan membawa kedamaian dan keadilan global.