Maslimahdaily - Di panggung sejarah Indonesia, nama Hajjah Rangkayo Rasuna Said terukir sebagai tokoh revolusioner yang gigih dalam perjuangan pendidikan dan perlawanan, khususnya bagi kemajuan kaum perempuan.
Di era ketika ruang publik bagi perempuan masih sangat terbatas, ia tampil dengan keberanian langka, menyuarakan hak atas ilmu pengetahuan dan martabat kemanusiaan melalui pidato-pidatonya yang tajam dan tulisan-tulisannya yang menggugah.
Bagi Rasuna Said, pena adalah senjata, dan ruang kelas adalah medan perjuangan untuk membebaskan bangsanya dari kebodohan dan ketertindasan.
Pendidikan sebagai Kunci Pembebasan dan Martabat
Rasuna Said menaruh keyakinan yang mendalam bahwa pendidikan adalah kunci utama menuju pembebasan dan pintu gerbang martabat.
Berbekal keyakinan ini, ia tak kenal lelah mendirikan sekolah-sekolah di Minangkabau. Kurikulum yang ia rancang secara cermat memadukan ilmu agama dengan pengetahuan umum, sebuah visi progresif yang menunjukkan bahwa ajaran Islam sangatlah sejalan dengan kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan.
Semangat pendidikannya ini seringkali kontras dengan sistem pendidikan kolonial yang kaku dan birokratis, yang cenderung membatasi akses dan cakrawala berpikir anak bangsa.
Keberanian Menentang Ketidakadilan, Berlandaskan Iman dan Nasionalisme
Perjuangan Rasuna Said tidak hanya terbatas di bidang pendidikan. Ia juga dikenal sebagai orator ulung yang tak gentar mengkritik ketidakadilan pemerintah kolonial. Akibat pandangan-pandangannya yang vokal dan dianggap membahayakan status quo, ia pernah ditangkap dan dipenjara. Namun, pengalaman pahit tersebut tidak sedikit pun menyurutkan api perjuangannya.
Bagi Rasuna Said, semangat Islam yang membebaskan, rasa nasionalisme yang membara, penguasaan ilmu pengetahuan, dan keberanian untuk menyuarakan kebenaran adalah elemen-elemen yang menyatu tak terpisahkan dalam dirinya dan gerak perjuangannya.
Warisan Abadi: Pendidikan yang Memanusiakan dan Membebaskan
Wafat pada tahun 1965 dan dimakamkan dengan penuh kehormatan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Rasuna Said mewariskan lebih dari sekadar nama besar. Warisannya yang paling berharga adalah pemikiran dan teladan bahwa pendidikan sejati haruslah bertujuan untuk mengangkat martabat manusia, membebaskan dari ketakutan dan kebodohan, serta mendidik umat Islam agar mampu memahami dan merespons tantangan zamannya dengan bijak.
Sebagai seorang perempuan Muslimah yang visioner, Rasuna Said percaya bahwa pendidikan adalah alat pembebasan terkuat. Ia senantiasa mengingatkan bahwa esensi pendidikan sejati bukanlah sekadar tentang mengejar nilai atau mengumpulkan gelar, melainkan tentang menumbuhkan keberanian untuk berpikir kritis, memupuk keterbukaan pikiran, dan yang terpenting, menanamkan keberpihakan yang tulus pada nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Dalam pandangannya, pendidikan haruslah memanusiakan, bukan menakutkan, menindas, atau menciptakan sekat-sekat baru. Ilmu pengetahuan, yang diraih melalui pendidikan yang benar, adalah jalan menuju kebebasan berpikir, kemerdekaan jiwa, dan pada akhirnya, menyebarkan kasih sayang serta rahmat bagi seluruh alam.
Semangat inilah yang menjadikan warisan Rasuna Said tetap relevan dan menggugah, terutama bagi generasi penerus bangsa yang bercita-cita membangun Indonesia yang lebih adil, cerdas, dan bermartabat.