Pilih Kategori

News
Tokoh Muslimah
Journey to Islam
Hikmah
Nabi & Rasul
Birrul Walidain
Muslim Digest
Art & Culture
Doa
Marriage
Parenting
Event
Komunitas
Fashion
Food
Health & Beauty
Travel
Film
Selebriti
Books

Sentuhan Bukan Sentakan: Seni Menegur dan Memuji Anak ala dr. Aisyah Dahlan

Sentuhan Bukan Sentakan: Seni Menegur dan Memuji Anak ala dr. Aisyah Dahlan

Ilustrasi

Muslimahdaily - Dalam perjalanan mengasuh buah hati, setiap orang tua pasti pernah menghadapi situasi di mana teguran perlu dilayangkan. Namun, bagaimana cara menegur yang efektif tanpa melukai hati anak? Ustadzah sekaligus dokter, dr. Aisyah Dahlan, memberikan pencerahan mengenai seni menegur dan memuji anak. 

Beliau menekankan bahwa esensi dari menegur adalah untuk membuat anak "tersentuh" (merasa diingatkan dengan lembut), bukan "tersinggung" yang dapat menimbulkan guncangan emosi.

Sentuhan lembut akan lebih mudah diterima dan dipahami, sementara ketersinggungan bisa membangun dinding pertahanan pada anak.

1. Fondasi Utama: Aturan Jelas Sebelum Teguran Melayang

Salah satu kesalahan umum orang tua, menurut dr. Aisyah, adalah menegur anak atas suatu perbuatan tanpa pernah memberikan aturan atau informasi yang jelas sebelumnya.

"Seringkali orang tua menegur anak, tetapi anak bingung karena belum ada aturan yang jelas," jelas beliau.

Misalnya, jika anak membuang sampah sembarangan, mereka akan merasa bingung ditegur jika sebelumnya tidak pernah diajarkan bahwa perilaku tersebut tidak benar dan di mana seharusnya sampah dibuang.

Oleh karena itu, sebelum menegur, orang tua wajib memastikan sudah ada "kontrak" atau pemahaman bersama mengenai aturan tersebut. Selalu tanyakan pada diri sendiri, "Apakah saya sudah pernah memberitahu anak tentang hal ini?"

2. Jaga Lidah: Hindari Melabeli Anak dengan Kata Negatif

Dr. Aisyah memberikan penekanan keras pada larangan melabeli anak dengan sebutan negatif seperti "bodoh," "bandel," "nakal," "jorok," "pencuri," atau "penakut." Label-label ini, jika terus diulang, akan tertanam kuat di alam bawah sadar anak dan sangat berbahaya bagi perkembangan konsep dirinya.

"Seorang anak selalu berharap ibunya akan membela mereka," ujar dr. Aisyah.

Jika ibu, sebagai figur utama yang diharapkan memberikan perlindungan dan afirmasi positif, justru melontarkan label negatif, hal itu akan menghancurkan semangat anak dan membuat mereka kehilangan pegangan. Beliau juga mengingatkan bahwa akhlak anak seringkali merupakan cerminan dari akhlak ibunya.

3. Saat Terlanjur Salah: Mengelola Rasa Bersalah dan Pentingnya Meminta Maaf

Manusia tidak luput dari kesalahan, termasuk orang tua. Jika terlanjur mengucapkan kata-kata yang menyakitkan atau melabeli anak, dr. Aisyah menyarankan agar orang tua tidak terjebak dalam rasa bersalah yang berlebihan dan meratapi kesalahan tersebut.

Rasa bersalah yang destruktif dapat berbahaya, menyebabkan sakit hati berkepanjangan, dan bahkan memicu sikap menyalahkan keadaan atau Tuhan.

Sebaliknya, gantilah rasa bersalah itu dengan kesadaran bahwa ada "kekurangan" dalam diri yang perlu dan bisa diperbaiki. Langkah selanjutnya adalah berani meminta maaf kepada anak.

"Di era milenial ini, pola asuh anak banyak mengadopsi gaya kolonial yang berbeda dari zaman dulu, sehingga wajar jika ada kekeliruan," tutur dr. Aisyah.

Meminta maaf kepada anak ketika berbuat salah bukan hanya memperbaiki hubungan, tetapi juga menjadi contoh nyata bagi anak tentang kerendahan hati dan tanggung jawab.

Tindakan ini akan terekam kuat oleh anak, dan mereka pun akan meniru perilaku serupa. Perkataan dan tindakan orang tua, tegasnya, akan "masuk ke telinga anak dan berjalan di badan."

4. Pisahkan Anak dari Perilakunya

Satu prinsip penting lainnya adalah kemampuan untuk membedakan antara pribadi anak dengan perilakunya. Perilaku anak bisa saja keliru atau salah, tetapi pribadi anak pada dasarnya senantiasa baik dan berharga. Fokuslah pada mengoreksi perilaku yang salah, bukan menyerang atau menghakimi pribadi anak secara keseluruhan.

5. Teknik Efektif: "Teguran Satu Menit" ala dr. Aisyah Dahlan

Dr. Aisyah Dahlan memperkenalkan sebuah teknik teguran yang dinilai sangat efektif, yaitu "Teguran Satu Menit." Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Setengah Menit Pertama (30 detik): Fokus menegur perilaku spesifik yang keliru dengan jelas dan tenang. Hindari kemarahan dan kata-kata menyakitkan.

Setengah Menit Kedua (30 detik): Segera alihkan dengan memuji anak atau menyebutkan perilaku baik yang diharapkan, mengafirmasi bahwa pada dasarnya ia adalah anak yang baik.

Beliau menjelaskan bahwa label atau perkataan yang diterima anak akan terekam kuat melalui sistem saraf mereka, terutama pada periode emas (usia sekitar tiga tahun) ketika perkembangan otak berlangsung sangat pesat. Jika seorang anak pada usia tersebut sering disebut "pemalas", meskipun sejatinya ia cerdas, label tersebut akan terinternalisasi dan berpotensi membuatnya benar-benar menjadi pemalas di kemudian hari.

"Meskipun orang tua tidak lagi mengulang label tersebut, perkataan pertama sangat membekas," tegas dr. Aisyah.

6. Menyembuhkan Luka Lama: 4 Langkah Mengatasi Rekaman Negatif

Bagaimana jika label negatif sudah terlanjur terekam dalam diri anak akibat kesalahan di masa lalu? Dr. Aisyah menyarankan empat langkah penting untuk membantu "menipiskan" rekaman negatif tersebut:

Maafkan Diri Sendiri: Orang tua perlu memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang pernah dilakukan.

Minta Ampun kepada Allah: Memohon ampunan kepada Sang Pencipta atas kekhilafan dalam mendidik.

Maafkan Anak: Memaafkan anak atas perilaku yang mungkin memicu respons negatif dari orang tua.

Minta Maaf kepada Anak: Sampaikan permintaan maaf secara tulus kepada anak atas kata-kata atau perlakuan yang salah di masa lalu.

Meskipun rekaman negatif mungkin tidak bisa hilang sepenuhnya, upaya perbaikan ini setidaknya akan membantu meringankan bebannya dan dapat menjadi pembelajaran berharga bagi anak. Mereka akan memahami bahwa orang tuanya pun manusia yang bisa salah, namun juga mau belajar dan memperbaiki diri, serta pada akhirnya akan memaafkan.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, diharapkan orang tua dapat membangun hubungan yang lebih sehat dan positif dengan anak, serta membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan berakhlak mulia.

Icon Rangkuman