Pilih Kategori

News
Tokoh Muslimah
Journey to Islam
Hikmah
Nabi & Rasul
Birrul Walidain
Muslim Digest
Art & Culture
Doa
Marriage
Parenting
Event
Komunitas
Fashion
Food
Health & Beauty
Travel
Film
Selebriti
Books

Menggali Makna Idul Adha Bersama Gus Baha: Lebih dari Ritual, Ini Esensi Pengorbanan dan Keadilan Sosial

Menggali Makna Idul Adha Bersama Gus Baha: Lebih dari Ritual, Ini Esensi Pengorbanan dan Keadilan Sosial

Ilustrasi

Muslimahdaily - Dalam sebuah kesempatan berharga di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih kita kenal dengan sapaan akrab Gus Baha, mengupas secara tuntas sejarah, signifikansi, dan hikmah mendalam di balik perayaan Idul Adha. Beliau mengajak seluruh hadirin untuk tidak hanya memandang Idul Adha sebagai serangkaian prosesi ritual semata, tetapi lebih jauh lagi, untuk meresapi esensi pengorbanan, nilai-nilai luhur sosial, serta pelajaran spiritual agung yang terkandung di dalamnya.

Kisah Agung Nabi Ibrahim dan Ismail AS sebagai Puncak Ketundukan

Gus Baha memulai paparannya dengan menjelaskan bahwa ibadah kurban dalam Islam memiliki makna yang jauh lebih kaya dan mendalam daripada sekadar tindakan menyembelih hewan. Inti dari kurban, menurut beliau, adalah pelajaran tertinggi tentang ketundukan total (taslim), kepasrahan mutlak, dan cinta tanpa syarat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.

Untuk mengilustrasikan poin krusial ini, Gus Baha dengan gaya khasnya menceritakan kembali kisah monumental Nabi Ibrahim AS yang diuji oleh Allah Subhanahu wa ta'ala untuk mengorbankan putra terkasih yang telah lama dinantikannya, Nabi Ismail AS. "Kisah ini mengajarkan kita tentang manifestasi cinta dan kepasrahan yang paling puncak kepada setiap perintah Allah, bahkan ketika perintah tersebut terasa begitu berat," papar Gus Baha.

Penggantian Nabi Ismail AS dengan seekor domba oleh Allah Subhanahu wa ta'ala di saat-saat terakhir adalah simbol nyata dari kasih sayang Allah yang tak terhingga, sekaligus menjadi pengukuhan bahwa yang dituntut dari hamba-Nya bukanlah persembahan darah, melainkan ketakwaan dan ketulusan hati.

Jejak Sejarah dan Penyempurnaan Tradisi Kurban oleh Islam

Lebih lanjut, Gus Baha mengulas konteks historis dari tradisi pengorbanan. Beliau menjelaskan bahwa praktik mempersembahkan kurban atau sesaji sejatinya telah ada dalam berbagai peradaban dan keyakinan, bahkan jauh sebelum syariat Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Namun, Islam datang untuk memurnikan dan menyempurnakan tradisi ini.

"Islam membersihkan praktik kurban dari segala unsur kemusyrikan, takhayul, dan penyembahan berhala. Kemudian, Islam menegaskan bahwa ibadah kurban harus dilakukan semata-mata karena Allah Subhanahu wa ta'ala, dengan niat yang tulus ikhlas, dan mengikuti tata cara yang telah ditetapkan," terang Gus Baha.

Dengan demikian, Islam mengangkat tradisi kurban dari sekadar ritual persembahan menjadi sebuah ibadah yang memiliki nilai spiritualitas yang tinggi dan makna tauhid yang murni.

Keadilan Sosial dalam Semangat Idul Adha

Selain aspek spiritual dan ketakwaan individual, Gus Baha juga menyoroti dengan tajam dimensi sosial yang sangat kuat dalam perayaan Idul Adha, khususnya yang termanifestasi melalui ibadah kurban.

Proses pembagian daging kurban kepada fakir miskin, tetangga, dan mereka yang membutuhkan adalah wujud nyata dari prinsip keadilan sosial, kepedulian komunal, dan semangat berbagi dalam Islam.

"Idul Adha adalah momen istimewa di mana rasa kebersamaan, empati, dan solidaritas sosial diasah dan dikuatkan. Yang mampu secara ekonomi berbagi rezeki dengan yang kurang mampu, menciptakan suasana harmoni, kebahagiaan bersama, dan mempererat tali persaudaraan," ujar beliau.

Gus Baha menekankan bahwa Idul Adha bukanlah sekadar perayaan tradisi tahunan yang bersifat seremonial. Lebih dari itu, ia adalah sebuah pengingat konstan bagi seluruh umat Muslim untuk menginternalisasi dan mempraktikkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah keikhlasan dalam beramal, sifat tidak mementingkan diri sendiri (altruisme), belas kasih terhadap sesama makhluk, dan rasa syukur yang mendalam atas segala nikmat yang telah dilimpahkan Allah Subhanahu wa ta'ala. 

Niat yang Tulus Fondasi Utama Setiap Amal Ibadah

Satu hal fundamental yang senantiasa digarisbawahi oleh Gus Baha dalam setiap pembahasan mengenai ibadah, termasuk ibadah kurban, adalah krusialnya peran niat (niyyah). "Apapun bentuk ibadah kita, sekecil atau sebesar apapun itu, nilai utamanya di sisi Allah Subhanahu wa ta'ala terletak pada ketulusan dan kebenaran niat kita. Kurban yang dilakukan dengan niat yang murni karena mengharap ridha Allah akan memiliki bobot pahala dan keberkahan yang berbeda," tegas beliau.

Dalam ceramahnya yang menggugah tersebut, Gus Baha juga mengajak para hadirin untuk merenungkan sifat fana (sementara) dari kehidupan dunia. Momen Idul Adha, dengan semangat pengorbanan dan keikhlasan yang dikandungnya, juga menjadi waktu yang sangat tepat untuk melakukan introspeksi diri: bekal apa sajakah yang telah kita siapkan untuk perjalanan menuju kehidupan abadi setelah kematian melalui amal-amal shaleh yang kita kerjakan di dunia?

Secara keseluruhan, Gus Baha melalui ceramahnya di UGM Yogyakarta mengajak umat Islam untuk memaknai Idul Adha secara lebih holistik dan komprehensif. Beliau mendorong kita untuk tidak hanya berhenti pada pelaksanaan ritual penyembelihan hewan kurban secara lahiriah, tetapi yang lebih penting adalah menangkap, meresapi, dan berupaya mengamalkan pesan-pesan spiritual, nilai-nilai sosial, dan pelajaran kemanusiaan agung yang terkandung di dalamnya. Tujuannya adalah demi meraih predikat takwa di sisi Allah Subhanahu wa ta'ala dan terus berproses menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu.

https://www.youtube.com/watch?v=uEl2ICIy1as

Icon Rangkuman